KERAJAAN
ISLAM TAIMIANG DI ACEH TIMUR
Kerajaan Taimiang berdiri pada tahun 580 H/1184 M. Masa berdirinya menandakan bahwa kerajaan ini merupakan kerajaan ketiga di wilayah Aceh. Raja pertama dan penggagas Kerajaan Taimiang adalah Meurah Gajah, salah seorang dari keturunan Meurah Perlak. Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Taimiang dipimpin oleh beberapa Raja sebagai pengganti Meurah Gajah. Berdasarkan catatan sejarah, silsilah raja-raja KerajaanTaimiang terdiri dari beberapa orang, yaitu:
1.
Meurah Gajah 580-599 H/ 1184 -1203 M.
2.
Raja Sepala 599-609 H/
1203-1213 M.
3.
Raja Pahdi Wangsa 609-638 H/ 1213-1241 M.
4.
Raja Muda Dinok 638-678 H/ 1241-1280 M.
5.
Raja Malat 678-723 H/
1280-1323 M.
6.
Panglima Empieng Beuso 723-753 H/ 1323-1353 M.
7.
Raja Muda Sedia 753-800 H/ 1353-1380 M.
8.
Raja Po Malat 1412 M.
9.
Raja Po Tunggal 1424-1454 M.
10. Raja Po kandis 1454-1490 M.
11. Raja Po Garang 1490-1528 M.
12.
Pendekar Sri Mengkuta 1528-1558 M.
Perkembangan nilai-nilai Islam di
wilayah Kerajaan Taimiang dipengaruhi oleh dampak perkembangan Islam di Perlak,
karena kedua wilayah tersebut terletak secara bersebelahan. Hal inilah yang
menyebabkan kuatnya pengaruh Islam di Taimiang dan sekitarnya. Kejayaan Kerajaan
Islam Taimiang dibuktikan dengan masyarakatnya yang bertamadun dan memiliki
kebudayaan yang baik.
Kerajaan Taimiang, tatkala dipimpin
oleh Raja Muda Sedia, pernah membuka sebuah perkampungan baru yang dinamakan
dengan negeri Basmani (emas murni). Masa kepemimpinan Muda Sedia dianggap telah
berhasil menyusun organisasi pemerintahan kerajaan dengan baik. Sistem
organisasi pemerintahan ketika itu dinamakan sistem Balai, yang berisikan
beberapa hal penting, yaitu:
1) Raja dibantu oleh Mengkubumi yang
tugas sehari-hari mengawasi jalannya pemerintahan dan bertaggungjawab kepada
Raja.
2) Diangkat seorang Qadi besar untuk
mengawasi pelaksanaan hukum oleh pemerintah dan lembaga-lembaga yang telah
dibentuk.
3) Dibentuk Institusi pertahanan dan keamanan.
Di akhir masa pemerintahan Raja
Muda Sedia, kerajaan Islam Taimiang mengalami masa-masa sulit. Pada tahun 799
H/ 1377 M, kerajaan ini diserang oleh kerajaan Hindu Majapahit. Angkatan perang
Majapahit dipimpin oleh Panglima Patih Nala dan berhasil menduduki Pulau Kampay
yang bersebelahan dengan Taimiang. Menurut catatan Sejarah, peperangan ini
terjadi karena Raja Muda Sedia menolak permitaan Majapahit yang menginginkan
anaknya, Putri Linduong Bulen, untuk dijadikan persembahan Maharaja Majapahit.
Dalam peperangan ini, Kerajaan
Taimiang mendapatkan bantuan kekuatan dari kerajaan Perlak dan Pasai. Akhirnya,
peperangan ini dapat diakhiri dan tebusan Srikandi Taimiang dapat di
selamatkan. Berdasarkan catatan sejarah, kerajaan Taimiang setelah meninggalnya
Muda Sedia (800 H/ 1398 M.), juga mengalami situasi politik yang kacau balau.
Para pembesar kerajaan saling memperebutkan kekuasaan yang akibatnya kerajaan
Taimiang terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil. Diantaranya, kerajaan Indra,
kerajaan Karang dan lain-lain. Kerajaan Taimiang setelah meninggalnya Muda
Sedia tidak mengalami perubahan yang bermakna. Kerajaan ini berakhir saat
digabungkan menjadi federasi dibawah Kerajaan Aceh Darussalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar