Selasa, 05 Mei 2015

Kerajaan Taimiang Di Aceh Timur



KERAJAAN ISLAM TAIMIANG DI ACEH TIMUR


            Kerajaan Taimiang berdiri pada tahun 580 H/1184 M. Masa berdirinya menandakan bahwa kerajaan ini merupakan kerajaan ketiga di wilayah Aceh. Raja pertama dan penggagas Kerajaan Taimiang adalah Meurah Gajah, salah seorang dari keturunan Meurah Perlak. Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Taimiang dipimpin oleh beberapa Raja sebagai pengganti Meurah Gajah. Berdasarkan catatan sejarah, silsilah raja-raja KerajaanTaimiang terdiri dari beberapa orang, yaitu:
1.      Meurah Gajah                       580-599 H/ 1184 -1203 M.
2.      Raja Sepala                           599-609 H/ 1203-1213 M.
3.      Raja Pahdi Wangsa                609-638 H/ 1213-1241 M.
4.      Raja Muda Dinok                  638-678 H/ 1241-1280 M.
5.      Raja Malat                             678-723 H/ 1280-1323 M.
6.      Panglima Empieng Beuso        723-753 H/ 1323-1353 M.
7.      Raja Muda Sedia                   753-800 H/ 1353-1380 M.
8.      Raja Po Malat                        1412 M.
9.      Raja Po Tunggal                     1424-1454 M.
10.  Raja Po kandis                       1454-1490 M.
11.  Raja Po Garang                      1490-1528 M.
12.  Pendekar Sri Mengkuta          1528-1558 M.
Perkembangan nilai-nilai Islam di wilayah Kerajaan Taimiang dipengaruhi oleh dampak perkembangan Islam di Perlak, karena kedua wilayah tersebut terletak secara bersebelahan. Hal inilah yang menyebabkan kuatnya pengaruh Islam di Taimiang dan sekitarnya. Kejayaan Kerajaan Islam Taimiang dibuktikan dengan masyarakatnya yang bertamadun dan memiliki kebudayaan yang baik.
Kerajaan Taimiang, tatkala dipimpin oleh Raja Muda Sedia, pernah membuka sebuah perkampungan baru yang dinamakan dengan negeri Basmani (emas murni). Masa kepemimpinan Muda Sedia dianggap telah berhasil menyusun organisasi pemerintahan kerajaan dengan baik. Sistem organisasi pemerintahan ketika itu dinamakan sistem Balai, yang berisikan beberapa hal penting, yaitu:
1)      Raja dibantu oleh Mengkubumi yang tugas sehari-hari mengawasi jalannya pemerintahan dan bertaggungjawab kepada Raja.
2)      Diangkat seorang Qadi besar untuk mengawasi pelaksanaan hukum oleh pemerintah dan lembaga-lembaga yang telah dibentuk.
3)      Dibentuk Institusi pertahanan dan keamanan.
Di akhir masa pemerintahan Raja Muda Sedia, kerajaan Islam Taimiang mengalami masa-masa sulit. Pada tahun 799 H/ 1377 M, kerajaan ini diserang oleh kerajaan Hindu Majapahit. Angkatan perang Majapahit dipimpin oleh Panglima Patih Nala dan berhasil menduduki Pulau Kampay yang bersebelahan dengan Taimiang. Menurut catatan Sejarah, peperangan ini terjadi karena Raja Muda Sedia menolak permitaan Majapahit yang menginginkan anaknya, Putri Linduong Bulen, untuk dijadikan persembahan Maharaja Majapahit.

Dalam peperangan ini, Kerajaan Taimiang mendapatkan bantuan kekuatan dari kerajaan Perlak dan Pasai. Akhirnya, peperangan ini dapat diakhiri dan tebusan Srikandi Taimiang dapat di selamatkan. Berdasarkan catatan sejarah, kerajaan Taimiang setelah meninggalnya Muda Sedia (800 H/ 1398 M.), juga mengalami situasi politik yang kacau balau. Para pembesar kerajaan saling memperebutkan kekuasaan yang akibatnya kerajaan Taimiang terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil. Diantaranya, kerajaan Indra, kerajaan Karang dan lain-lain. Kerajaan Taimiang setelah meninggalnya Muda Sedia tidak mengalami perubahan yang bermakna. Kerajaan ini berakhir saat digabungkan menjadi federasi dibawah Kerajaan Aceh Darussalam.


Sumber:  Ajidar Matsyah. 2013. Jatuh Bangun Kerajaan Islam Di Aceh. Yogyakarta. Penerbit Kaukaba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar