Selasa, 05 April 2016

MAKALAH: Studi Islam Kawasan di Asia Tengah (Kirgistan, Tajikistan, Uzbezkistan)

BAB I
PENDAHULUAN
1.       Latar belakang
Perkembangan Peradaban islam di Asia Tengah berkaitaan erat dengan perkembangan Peradaban Islam di Iran. Islam pertama kali tersebar di wilayah ini sebagai akibat dari penaklukan Arab terhadap Iran dan Transoxania dan perpindahan kalangan pedagang muslim dan kaum sufi dari wilayah perkotaan ke wilayah padang rumput. Islam memiliki sejarah panjang di kawasan Asia Tengah, yang hadir disana sejak abad ke-7 melalui para pedagang Arab. Sejak saat itulah Islam menjadi bagian tak terpisaahkan dari kehidupan masyarakat Asia Tengah. Negara Islam di Asia Tengah terdiri dari lima negara yang merupakan bekas Republik Soviet yaitu: Azarbaijan, Uzbekistan, Tajikistan, Khazzakstan dan Turmenistan. Sesuai dengan judul makalah yang kami bawa, maka kami hanya mengulas sedikit tiga negara yaitu negara Azarbaijan, Uzbekistan dan Tajikistan.

2.      Rumusan Masalah
a.       Bagaimana letak geografis, awal masuknya islam dan perkembangan islam di Azerbaijan?
b.      Bagaimana letak geografis, perkembangan islam dan social-budaya islam di Tajikistan serta keadaan politiknya?
c.       Bagaimana letak geografis, perkembangan islam dan kemajuan iptek dan social budaya islam di Uzbekistan?

3.      Tujuan Masalah
a.       Untuk mengetahui letak geografis, awal masuknya islam dan perkembangan islam di Azerbaijan.
b.      Untuk mengetahui letak geografis, perkembangan islam dan social-budaya islam di Tajikistan serta keadaan politiknya.
c.       Untuk mengetahui letak geografis, perkembangan islam dan kemajuan iptek dan social budaya islam di Uzbekistan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.  AZERBAIJAN.
1.     Letak Geografis.
Azerbaijan terletak di sebelah tenggara Kafakasia di sebelah gunung Kaukazz dengan laut Qaswin. Luasnya sekitar 86.630 km. Jumlah penduduk berdasarkan data statictic tahun 1419 H/1998 M berjumlah 7.900.000 yang berasal dari keturunan Turki dan Mongolia. Presentasi kaum muslimin mencapai 87%.
2.      Asal Mula Masuknya Islam.
Islam tiba di Azerbaijan dengan kedatangan orang Arab pada abad ke-7 bertahap menggatikan Zoroastrianisme (kristen) dan kepercayaan kafir Azerbaijani. Karena pengaruh dari Iran, banyak orang Azerbaijan yang sebenarnya penganut Syi’ah. Penegakan Syi’ah sebagaimana agama negara membawa pertarungan dengan kaum Sunni yang berkuasa. Pada abad ke-19, banyak Sunni muslim beremigrasi dari Azerbaijan yang dikontrol Rusia. Dengan demikian pada akhir pada akhir abad ini, penduduk Syi’ah menjadi mayoritas di Azerbaijan[1]. Antagonis antara Sunni dan Syiah berkurang pada akhir abad ke-19.
3.       Perkembangan Islam di Azerbaijan
Meskipun mayoritas islam, namun seperti negara berpenduduk muslim lainnya, Azerbaijan adalah negara sekuler. Sebuah survei memperkirakan bahwa yang Ateis di negara ini mendekati 7%. Selama perang dunia II, dari 2.000 masjid yang aktif ditutup, dan diperizinkan terbuka hanya dua masjid besar dan lima masjid kecil. Namun setelah kemerdekaan, jumlah masjid meningkat secara dramatis. Politisi sekuler telah menyuarakan keprihatinan mengenai kebangkitan Islam politik, tetapi yang lain berpendapat bahwa Islam di Azerbaijan adalah fenomena multifaset: Islam hanya memainkan peran yang sangat terbatas dalam bidang politik dan hanya sebagian kecil dari penduduk mendukung gagasan untuk mendirikan pemerintah Islam. Hal ini disebabkan traddisi panjang ssekularisme di Azerbaijan.


B.  TAJIKISTAN
1.  Letak Geografis.
Tajikistan adalah sebuah wilayah  yang terletak di sebelah Tenggara Asia Tengah. Luasnya mencapai 143.100 km2. Jumlah penduduknya berdasarkan data statistik tahun 1419 H / 1998 M mencapai 6.100.000 jiwa (terdiri atas orang-orang turkestan, Uzbek, Rusia dan Tartar). Bila ditinjau dari segi politik & demografisnya, Tajikistan secara garis besar terbagi menjadi 2 wilayah utama. Wilayah pertama adalah wilayah Tajikistan barat yang etnis mayoritasnya adalah etnis Tajik & cenderung dekat dengan Uni Soviet sehingga ada banyak simpatisan komunis di daerah tersebut. Wilayah kedua adalah wilayah timur Tajikistan yang didominasi oleh etnis Pamiri. Sebagai akibat dari wilayah tinggalnya yang terisolasi dari wilayah Tajikistan lain karena adanya barisan pegunungan yang membentang di tengah-tengah Tajikistan, etnis Pamiri pun memiliki budaya & cara pandang yang berbeda bila dibandingkan dengan rakyat Tajikistan di kawasan barat. Persentase kaum muslimin di negeri ini mencapai 98%, mayoritas adalah pengikut Sunni dibawah pemerintahan Syaibaniyah.
2.  Perkembangan Islam di Tajikistan
Sejarah mencatat, dibawah kekaisaran Samanid kota Samarkand dan Bukhara ditata kembali menjadi lebih besar dan megah. Dua kota ini menjelma menjadi pusat kebudayaan bagi muslim Sunni yang berbahasa Persia. Pada masa itu, kunci penyebaran dan pengembangan kebudayaan Islam dimainkan oleh tarekat sufi. Tarekat yang terbesarkan terkenal sampai saat ini adalah Naqshabandiyah.
Sebagaimana beberapa rezim muslim pendahulunya, khanate syaibaniyah, disahkan melalui perpaduan antara pertalian dengan islam sunni dan kultur kesastraan Persia. Para khan menggunakan gelar khalifat ar-Rahman (wakil bagi belas kasih Allah) imam al zaman (penguasa zaman), menggunakan beberapa hadis untuk mengesahkan pemerintahan mereka, dan menjadi pengikut setia guru besar Naqshabandiyah[2]. Elite agama menjalankan peranan besar dalam melegitimasi rezim. Elite ini terdiri dari para qadi dan ulama yang mengajar di madrasah, bahkan semenjak periode Timuriyah, jabatan agama yang tertinggi diperankan oleh ulama-ulama Naqshabandiyah. (buku)
Di negara ini, muslim merupakan kelompok mayoritas di republik merdeka pada tahun 1991. Meski bermayoritaskan islam, Tajikistan bukanlah negara Islam. Tajikistan merupakan negara sekuler dengan kebebasan beragama. Sebagai negara sekuler, penguasa Tajikistan kerap berlaku paranoid terhadap Islam. Pemuda muslim yang dibawah umur 18 tahundilarang mengunjungi masjid, perempuan juga dilarang memakai jilbab di lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah atau kampus. Mahasiswa muslim juga dilarang meneruskan pendidikan Islam di negara-negara Arab. Pada saat yang sama, pemerintah juga melarang organisasi Islam International beraktivitas di Tajikistan.
Meskipun demikian, upaya keras pemerintah untuk membatasi aktivitas umat Islam tidak sukses, bukan hanya karena sejarah negeri itu, tetapi juga karena peran dan potensi masyarakat Islam diseluruh dunia terur tumbuh. Dengan potensi politiknya yang terus tumbuh menunjukkan betapa dalam kehidupan masyarakat tradisional muslim di Asia Tengah.

3. Sosial-Budaya Tajikistan
Dushanbe, Tajikistan Berencana menjadi pusat budaya dan sejarah Islam terbesar di Asia Tengah dan di dunia, Tajikistan akan membangun salah satu Masjid terbesar di dunia. "Masjid ini akan mengakomodasi sekitar 150.000 orang," ujar juru bicara kepresidenan Tajikistan dalam sebuah konferensi pers yang dikutip oleh situs The Financial, Minnggu 22 Mei. "Pembangunannya diharapkan akan dimulai pada bulan Oktober". Ia mengatakan bahwa Presiden Emomali Rakhmon mengunjungi Dubai pada tanggal 26 September setelah berpidato pada sesi ke-64 di hadapan Majelis Umum PBB, untuk lebih mendalami proyek tersebut. Dibiayai oleh Qatar dan Uni Emirat Arab, Masjid itu akan siap untuk digunakan pada tahun 2014. Bercermin pada arsitektur tradisional Tajikistan, Masjid tersebut akan dibangun di atas lahan seluar 7.5 hektar di tengah ibukota Dushanbe.
"Masjid ini akan dihiasi dengan menara yang sangat besar, tujuh kolom berwarna yang merangkum tujuh tahapan Tuhan menciptakan dunia dan tujuh gerbang menuju surga, juga sumber air dan air terjun yang memperlihatkan Tajikistan sebagai sebuah negara yang memiliki air murni," ujar juru bicara tersebut, menambahkan bahwa Masjid itu akan dibangun oleh perusahaan Emirat, Adnan Saffarini. Ia mengatakan bahwa proyek yang didanai oleh Qatar ini didesain untuk menjadi pusat budaya dan sejarah Islam yang besar. Tempat ibadah kaum Muslim itu akan dilengkapi dengan ruang-ruang konferensi untuk pertemuan tingkat tinggi. Tak ketinggalan pula sebuah perpustakaan dan museum. Proyek besar ini juga akan membangun sebuah universitas Islam di samping Masjid. Muslim mencakup hampir 90% dari seluruh penduduk Tajikistan yang berjumlah 7.2 juta dengan 249 Masjid dan 18 institusi pendidikan Islam, namun merupakan sebuah negara sekuler dengan jaminan kebebasan beragama dalam konstitusinya


4. Kondisi Politik di Tajikistan.
Bulan Mei 1992, perang sipil di Tajikistan akhirnya pecah menyusul timbulnya kontak senjata antara pasukan simpatisan pemerintah melawan pasukan dari sayap militer milik partai-partai oposisi di Dushanbe, ibukota Tajikistan. Awalnya pasukan oposisi berada di atas angin & berhasil memaksa pemerintahan rezim Nabiev untuk membentuk koalisi pemerintahan yang sebagian anggotanya berasal dari partai-partai oposisi. Seiring berjalannya waktu, pihak oposisi menjadi semakin dominan di tubuh pemerintahan & bahkan sempat memaksa Presiden Nabiev untuk meletakkan jabatannya di bawah todongan senjata pada bulan September 1992.
Ketika kondisi politik Tajikistan semakin tidak menguntungkan bagi kubu Nabiev & pendukungnya, Rusia memutuskan untuk mengirim pasukan ke Tajikistan lewat wilayah Uzbekistan[3]. Hasilnya, di bulan Desember 1992 pasukan oposisi berhasil dipukul mundur keluar Dushanbe & rezim komunis Nabiev kembali menjadi rezim yang berkuasa di Tajikistan. Tak lama kemudian, parlemen Tajikistan menggelar pemilu di mana hasilnya, Emomali Ramon yang berasal dari wilayah Kulyab - wilayah yang rakyatnya juga merupakan simpatisan eks Presiden Nabiev - terpilih sebagai presiden baru Tajikistan. Di pihak lawan, pihak-pihak oposisi yang baru dipukul mundur memutuskan untuk menggabungkan diri & membentuk kelompok baru yang bernama Oposisi Tajik Bersatu (OTB).
 Pihak oposisi sendiri bukannya tanpa bantuan asing sepenuhnya. Setelah pasukan gabungan Rusia & Tajikistan berhasil mengusir pasukan oposisi keluar Tajikistan, pasukan oposisi lantas memanfaatkan Afganistan - negara tetangga Tajikistan di selatan - sebagai markas barunya. Tak hanya itu, banyak pula anggota mujahidin Afganistan yang secara sukarela ikut bergabung dengan pasukan oposisi Tajikistan. Kebetulan jumlah etnis Tajik di Afganistan memang cukup banyak mengingat etnis Tajik adalah etnis terbesar kedua di Afganistan setelah etnis pashtun.
 Tajikistan pasca perang sipil juga masih sering diwarnai oleh konflik-konflik berskala kecil. Konflik-konflik tersebut biasanya melibatkan kelompok-kelompok suku atau milisi-milisi lokal yang ingin berebut pengaruh. Kendati demikian, bayang-bayang ketakutan bahwa perang sipil akan kembali meletus semakin terkikis menyusul ditutupnya basis-basis militer OTB di luar Tajikistan & dileburnya sayap militer milik OTB ke dalam keanggotaan tentara nasional Tajikistan. Dengan bantuan finansial dari negara-negara luar, Tajikistan juga mulai membangun fasilitas-fasilitas baru untuk membantu meningkatkan akses pemasaran produk-produknya keluar negeri. Hasil akhir dari perang tersebut ialah Perang berakhir tanpa pemenang yang jelas, Kelompok-kelompok penyusun OTB berubah menjadi partai politik legal, Sayap militer OTB dilebur ke dalam tentara nasional Tajikistan.

C.  UZBEKISTAN
1.  Letak Geografis.
Uzbekistan, adalah satu dari Negara-negara yang berada di kawasan Asia Tengah. Dengan kontur alam yang indah, Uzbekistan terletak di jantung Asia Tengah, di antara sungai Amu Darya dan Syr Darya yang bermuara dilaut Aral di wilayah utara Negara ini. Di sebelah barat dan utara dibatasi oleh Negara Kazakhstan. Sementara garis tapal batas yang membentang di bagian selatan bertemu dengan Turkmenistan dan sebagian wilayah Afganistan di sisi tenggara. Di sebelah timur bertetangga dengan Kirgistan dan Tajikistan. Bangsa Uzbek, Rusia, tajik, Kazakh, dan Tatar hidup disini salam suasana musim ekstrem, dengan kemarau panjang dan musim dingin yang pendek yang sedikit bersalju. Dan, di Negara ini terdapat tiga kota besar yang sejak lama kesohor sebagai kawasan jalur sutra (Silk Road); Samarkand, Bukhara dan Khiva.

2.   Awal Mula Masuknya Islam
            Islam mulai masuk dan mewarnai kehidupan bangsa Uzbekistan sejak abad 8, ketika Qutaybah ibn Muslim membuka wilayah ini untuk Islam, dimasa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Hingga pada abad 10, bahasa Arab menjadi bahasa jajaran pemerintahan, literature dan perniagaan. Selama berada di bawah pengaruh Islam, Yaitu zaman Khilafah Bani Abbasiyah, sepanjang abad 8 dan 9, kawasan ini mencapai masa keemasannya. Di tanah inilah lahir para ulama dan pemikir yang sangat berpengaruh di dunia Islam. Seperti Imam Al-Bukhari, beliau dianggap sebagai salah satu penyampai hadis yang diakui kesahihannya, beliau adalah putra Bukhara, provinsi di wilayah Barat Uzbekistan dan juga dikenal sebagai salah satu  pusat ilmu pengetahuan, budaya dan seni bagi Islam. Selain imam Bukhari, juga dikenal imam-imam lain seperti,  Imam Muslim, Imam Al-Ghazali, ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Biruni, Al-Kindi, Al-HAitami, dan lain-lain. Para imam mengelola lebih dari 110 madrasah dan mereka mengajar di sekolah-sekolah dasar. Gelar mullah ditujukan kepada setiap orang yang mengajar di madrasah yang mengepalai shalat, memimpin upacara perkawinan, pemakaman dan acara lainnya[4].

3.      Perkembangan islam di Uzbekistan.
Sebagaimana negeri-negeri Muslim lainnya, keislaman rakyat Uzbekistan terbatas pada ajaran tradisional, bahkan sangat terbelakang. Kebijakan politik represif pemerintah komunis Uni Soviet, hanya menjalankan sholat wajib sekali dalam sehari dari lima waktu yang di wajibkan, ibadah puasa Ramadhan dijalankan kurang dari sebulan, sementara ibadah haji yang memang sudah terlarang dilakukan, tapi bukan ke tanah duci melainkan kebeberapa tempat ‘kramat’di Soviet. Sementara para tokoh agama mencampuradukkan pemikiran Islam dengan konsep-konsep sosialisme dalam kehidupan. Masyarakat muslim di Uzbekistan mengalami penderitaan dan penyiksaan yang kejam pada masa pemerintahan Uni Soviet. Semua sekolah dan masjid-masjid ditutup, kecuali empat masjid dan dua sekolah; Mir Arab di Bukhara dan Mubarakkhan di Tasykand. Masjid-masjid dijadikan kandang babi atau took minuman keras. Beribu-ribu umat Islam dikirim ke Siberia untuk ditawan di kamp-kamp konsentrasi, sehingga mereka meninggal dalam keadaan mengenaskan. Tangan Besi Islam Karimov Setelah Uni Soviet runtuh diawal tahu 1990-an, perlahan-lahan negeri-negeri di Asia Tengah melepaskan diri dari Negara induknya yang memerdekakan diri menjadi negera-negara Republik.
Dan Uzbekistan berdiri sebagai Negara merdeka pada tanggal 1 September 1991, dengan Islam Karimov sebagai presidennya, karimov lahir tahun 1938 di kota Samarqand, mengenyam pendidikan dibidang ekonomi. Islam karimov ternyata tak seindah namanya. Di bawah kekuasaannya, kemerdekaan dan konsisen dengan keislaman adalah hal yang bersebrangan. Harapan kaum muslim Uzbek untuk melaksanakan syari’at Islam terganjal tindakan represif pemeerintahan karimov. Propaganda anti-Islam ala Komunis Soviet kembali berkumandang. pemerintah  memperketat pengawasan terhadap bebagai aktivitas di masjid-masjid. Bahkan, umat Islam yang menunaikan sholat dimasjid, memelihara jenggot, membawa mushaf (Al-Qur’an), membaca majalah-majalah dan makalah islam, akan dicatat sebagai muslim fundamentalis. Sekolah-sekolah Islam diawasi secara ketat. Mereka diharuskan menyerahkan daftar nama siswa dan lulusannya kepada pemerintah. Para pemuda Islam di batasi aktivitasnya dan bahkan dilarang belajar ke luar negeri. Dengan tangan besinya, Karimov terus melenggang tahta kekuasaannya hingga kini, kendati protes dari berbagai dunia dilamatkan untuk menentang kekejamannya. Negara dengan populasi muslim terbesar di wilayah bekas jajahan Rusia ini (sekitar 25juta jiwa), dulu dikenal sebagai mutiara Islam di jantung Asia Tengah. Namun kini,nasib mutiara ini kian redup akibar maker (tipu daya) dari musuh-musuh Islam. Tugas mengembalikan cahaya Islam disana, berada di atas pundak setiap muslim.
4.      Kemajuan IPTEK dan Keadaan Sosial Budaya di Uzbekistan.
Perkembangan Ipek di Uzbekistan pada masa jayanya Islam sangat pesat contohnya saja di Kota Bukhara, misalnya, menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan, budaya dan seni bagi Islam. Keistimewaan-keistimewaannya bahkan pantas disejajarkan dengan pusat-pusat megnet dunia Islam sekelas Baghdad, kairo dan Kordoba. Semacam determinasi sebagai perkembangan teknologi. Hal ini terlihat dari kemunculan industry kertas di Samarqand sejak abad ke-8 M di bawah pengaruh Cina yang menjadi tempat belajar penduduk Samarqand dalam manufaktur kertas. Kehadiran kertas dengan segera menggantikan fungsi daun lontar dan kulit di negeri-negeri Muslim pada abad ke-10 M.
Selain kertas, Ubekistan juga adalah daerah penghasil katun, bahkan hingga sekarang. Diperkirakan 60% katun Rusia dibuat di sana. Sementara itu Bukhara dikenal sebagai pusat kerajinan karpet yang berkualitas, dan Khiva dikenal sebaga kawasan peternakan domba dan penghasil wol. Ketika pemerintahan Khilafah Bani Abbasiyah mulai meredup dan Negara-negara kecil di kawasan Iran menguat dan mendominasi kawasan iran dan Asia Tengah, bahasa Persia kemudian mendapatkan tempat kembali menggantikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi pemerintahan dan kesusasreraasn. Dan kini, penduduknya menggunakan bahasa Uzbek yang masih serumpun dengan bahasa Turki, selain bahara Rusia yang telah berakar selama masa Soviet. Pada abab 13, tepatnya di tahun 1220 M, Jenghis khan dari bangsa Mongol sampai ke wilayah ini bersamaan dengan invasi luasnya ke berbagai negeri Islam. Kemudian, di tahun 1300-an muncul nama Timur leng (1336-1405 M), atau di barat di kenal dengan Tamerlane. Muslim Uzbekistan sendiri menyebutnya Amir Temur. Nama besarnya berkibar di seantero Asia Tengah lataran keberhasilannya melepaskan zbekistar dari penjajahan bangsa Mongol dan memperluas wilayah kekuasaan yang berpusat di Samarqand. Di tahun-tahun berikutnya, kawasan ini terpecah-pecah ke dalam Negara-negara kota yang kental dengan warna Persia. Pada abad ke-19, Kekaisaran Rusia mulai berekspansi dan menyebar ke Asia tengah. Hingga pada 1865, Uni Soviet menduduki kota Tashkent, yang sekarang menjadi ibukota Uzbekistan. Era Uni Soviet Pada tahun 1924, menyusul menguatnya kekuatan Soviet, Republik Sosialis Uzbekistan dibentuk. Luas wilayahnya meliputi Tajikistan, meski kemudian dipisahkan pada tahun 1929. Sementara itu Samarqand, ibukota pertama Uzbekistan diganti dengan Tashkent pada tahun 1930. Semua langkah itu adalah bagian dari strategi Soviet untuk melemahakan kekuatan kaum Muslim Uzbek. Moskow juga memanipulasi para pemimpin local rakyat Uzbek. Elit partai Komunis Uzbek diganti oleh orang-orang yang loyal pada pemerintahan Stalin.



         




[1] Hamka, Sejarah Umat Islam, (Singapura: Pustaka Nasional, 1997), hlm. 455
[2] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Bogor: Kencana, 2003), hlm 198.
[3]  Hamka, Sejarah Umat Islam, (Singapura: Pustaka Nasional, 1997), hlm. 470.

[4] Ibid..., hlm. 657. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar