Selasa, 05 April 2016

Makalah Sejarah Dunia: Peradaban Lembah Sungai Kuning

BAB II
PEMBAHASAN

A. PERADABAN LEMBAH SUNGAI KUNING
            Sebelum menjelajah Peradaban Lembah Sungai Kuning, terlebih dahulu kita pahami pengertian Peradaban. Peradaban merupakan suatu kebudayaan yang mempunyai teknologi, sistem ilmu pengatahuan, seni rupa dan sistem kenegaraan serta masyarakat kota yang maju dan komplek.[1] Sebagaimana pengertian peradaban disini, maka Lembah Sungai Kuning patut disebut sebagai Peradaban Lembah Sungai Kuning, karena masyarakat yang menduduki di sekitar Sungai Kuning mampu menciptakan ribuan karya-karya merka yang bersifat kompleks.
            Peradaban Lembah Sungai Kuning (Huang Ho) merupakan salah satu pelopor peradaban yang terkenal di Dunia dan juga merupakan peradaban tertua bangsa China yang muncul atau lahir di Lembah Sungai Kuning. Sungai Huang Ho disebut Sungai Kuning karena endapan lumpur di dasar Sungai ini, menurut para ahli berasal dari Tanah Loess, Gurun Gobi di sebelah Barat yang diterbangkan angin ke Sungai Huang Ho.[2] Di Lembah Sungai subur inilah kebudayaan bangsa China berawal. Sungai yang panjangnya 5.464 km dan luasnya mencapai 300.000 km2  merupakan sungai terpanjang di Tiongkok dan sungai terpanjang di China setelah Sungsi Yang Tse.
            Selain Sungai Kuning yang dikenal dengan kesuburan yang banyak membawa manfaat, Sungai ini juga dikenal sebagai malapetaka yang membuat kesulitan masyarakat. Di antaranya: semasa pemerintahan Wang Mang (Dinasti Xin 9 – 23 M), dua kali terjadi banjir, yang disebabkan oleh aliran sungai besar tersebut. Rakyat menjadi makin menderita, pemberontakan meletus dimana-mana, sehingga Wang Mang dibunuh oleh prajurit yang memberontak. Dan juga terjadi pada tahun 1352, banjir bandang telah meluluhlantakkan China, Sungai Kuning meluap, menggenangi sebagian besar lahan pertanian, membanjiri perkampungan dan meninggalakn wabah penyakit serta bencana kelaparan.[3]

B.     LETAK GEOGRAFIS


Wilayah pegunungan China terbagi menjadi dua yaitu Pegunungan China utara dan Pegunungan China Selatan. Di pegunungan tinggi sebelah  utara mengalir Sungai Huang He yang berhulu di  pegunungan Kun –Lu di Tibet. Setelah melalui daerah pegunungan China utara membentuk daratan rendah China dan bermuara di teluk Tsii-Li di Laut Kuning.[4] Dan di pegunungan China sebelah selatan mengalir Sungai Yang Tse yang berhulu di pegunungan Kun Lu dan bermuara di Laut China Timur. Negeri China terletak di Asia bagian Timur di sebelah Barat dan Utara berbatasan dengan daerah Siberia dan Mongolia (Gurun Gobi).

C.     PENDUDUK
Manusia telah menghuni daratan China yang diyakini sebagai salah satu pusat peradaban tertua umat manusia semenjak zaman purbakala. Penemuan fosil manusia  purba berupa tengkorak yang ditemukan pada tahun 1963 merupakan bukti nyata akan hal ini. Tengkorak yang diperkirakan berasal dari tahun 400.000 SM itu ditemukan di Provinsi Shanxi. Empat puluh tahun sebelumnya, atau tepatnya pada tahun 1923 di Zhoukoudian kira-kira 30 mil dari Beijing, telah ditemukan pula fosil sinanthropus pekinensis yaitu manusia Peking. Manusia purba jenis ini dekat kekerabatannya dengan pithecanthropus yang hidup di pulau Jawa selama zaman batu baru (Neolithikum) sekitar 50.000 – 35.000 SM, yang setara dengan manusia Cro Magnon di Eropa. Mereka adalah leluhur manusia modern pertama yang hidup di China.[5]

D.    SISTEM PERTANIAN
Masyarakat petani China kuno telah mengembangkan teknik pertanian yang sangat maju. Pertanian ladang kering dapat ditelusuri hingga zaman batu baru ( Neolitik) dan tanaman yang dikembangbiakkan adalah gandum dan jewawut. Namun pada zaman modern, mereka mulai mengurusi berbagai tanaman seperti jagung, kentang, padi-padian, kurma, bunga matahari dan apel. Daerah China utara yang kering sesuai bagi pertanian yang ini, dimana tersedia air yang cukup untuk mendukung panen yang teratur. Meskipun di kawasan ini pertanian memegang peranan terpenting, tetapi peternakan juga memiliki peranan yang tidak kecil, hewan-hewan yang diternakkan semenjak milenium pertama dan kedua SM adalah sapi, domba, dan kuda.
Budaya pertanian yang menetap ini mendorong lahirnya beberapa hal seperti penanggalan dan sistem keagamaan yang berhubungan dengan pertanian. Penanggalan dipergunakan untuk mengenali siklus periodik musim, sehingga dapat mengetahui kapan saat yang tepat untuk bercocok tanam dan lain sebagainya. Sementara itu dewa-dewa yang dipuja kebanyakan berhubungan dengan pertanian, seperti dewa gandum yang dipuja oleh masyarakat China kuno pada zaman Dinasti Xia dan Shang.[6]
Pertanian sawah berkembang lebih kemudian, yakni pada sepuluh abad pertama sesudah masehi. Jenis pertanian ini lebih cocok pada daerah sub-tropis yang memiliki banyak air untuk mendukung penanaman padi. Semenjak dahulu hingga saat ini China masih berupaya memajukan teknologi pertanian seperti pengembangan padi bibit unggul.[7]

E.     SISTEM PEMERINTAHAN
Dalam perjalanan sejarahnya, ada dua macam system pemerintahan yang pernah dianut dalam kehidupan kenegaraan China kuno, yaitu:
a.       Sistem feodal
            Sistem Feodal merupakan sistem sosial politik yang memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan mengenai cara pemilikan tanah pada abad pertengahan di Eropa. Dalam masa pemerintahan ini, kaisar tidak menangani langsung urusan kenegaraan. Kondisi ini berlatar belakang bahwa kedudukan Kaisar bersifat sakral. Kaisar dihormati sebagai utusan atau bahkan anak dewa langit, sehingga tidak layak mengurusi politik praktis.
b.      Sistem unitaris
            Secara bahasa uni yaitu satu dan unitaris adalah orang-orang yang menginginkan satu kesatuan. Menurut istilah unitaris adalah Negara yang kekuasaannya yang mengatur seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat memegang kedaulatan sepenuhnya,baik ke dalam maupun keluar maupun ke luar .
            Unitaris dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
·         Sistem sentralisasi:semua hal diatur yang di urus oleh pemerintah pusat.
·         Sistem dentralisasi: Dalam negara kesatuan dengan sistam dentralisali,daerah daerah memperoleh keleluasaan yang mengurus urusannya sendiri sesuai dengan kondisi yang kebutuhan daerah tersebut.     

Dinasti yang paling awal memerintah adalah :
1.      Dinasti Xia (2205 – 1766 SM)
Pendiri Dinasti Xia adalah Qi. Dinasti ini diperintah oleh tujuh belas orang raja. Keberadaan Dinasti Xia ini masih diragukan, dan sering dianggap sebagai bagian dari zaman legenda, namun peninggalan kebudayaan Longshan dan Erlitou yang baru-baru ini ditemukan bangunan seperti istana dan kuburan di Henan,  menyediakan sumber yang melimpah bagi penelitian mengenai Dinati Xia yang misterius ini. Silsilah para penguasa Xia terpelihara di catatan sejarah dan kemudian dikuatkan dengan bukti dari tulisan-tulisan di tulang ramalan.[8]
2.      Dinasti Shang ( 1766 – 1122 SM)
Dengan berdirinya Dinasti Shang, masuklah China ke zaman sejarah, karena inilah dinasti petama yang meninggalkan bukti tertulis kuat akan eksistensinya. Pada mulanya, Shang adalah nama suku yang mendiami salah satu bagian Sungai Huang He dan merupakan bawahan Dinasti Xia. Pendiri Dinasti Shang adalah Tang (Cheng Tang). Ada 30 kaisar yang memerintah Dinasti Shang. Dan telah menjadi ketetapan bahwa yang menggantikan kaisar adalah saudaranya yang laki-laki. Bila kaisar tidak mempunyai saudara, barulah tahta itu dialihkan kepada putranya.
Sistem pemerintahan pada Dinasti Shang yaitu sistem aristokratis, dimana seorang kaisar memerintah atas sejumlah kaum bangsawan yang bertanggung jawab menyediakan bantuan militer jika negara berada dalam bahaya.
3.      Dinasti Zhou (1122 – 256 SM)
Secara tradisional, Dinasti Zhou dibagi menjadi empat periode: Zhou Barat,  berkuasa hingga tahun 711 SM, Dinasti Zhou Timur yang memindahkan ibukotanya ke sebelah timur terbagi menjadi dua yakni Zaman Musim Semi Rontok ( cunqiu) yang berlangsung antara tahun 770 – 476 SM serta masa Perang Antar Negeri (zhanguo) yang berlangsung antara tahun 475 – 221 SM. Secara administratif, para penguasa Zhou membagi wilayahnya menjadi negara-negara feodal, yang belakangan menjadi semakin kuat dan bahkan sanggup melebihi serta menandingi kekuasaan kaisar sendiri. Masing-masing negara bagian itu lantas saling berperang dan berupaya untuk menjadi yang terkuat atau pemegang hegemoni, hingga akhirnya melemahkan pemerintah pusat itu sendiri.[9]
            Pada masa Zhou, bangsa China mulai menggunakan besi, baik untuk bajak ataupun senjata yang dikenal pada abad ke-5 SM, serta membuat berbagai kemajuan teknologi seperti teknik pengecoran perunggu semakin berkembang. Bejana perunggu yang dilapisi emas dan perak menjadi sesuatu yang populer di tengah masyarakat, perunggu yang selalu dipakai adalah cermin, tempat lilin, atau penyangga genderang.[10]
4.      Dinasti Qin ( 221 – 206 SM)
      Ying Zheng mendirikan dinasti baru sebagai sebagai pengganti Dinasti Zhou serta menggelari dirinya sebagai Qin Shihuangdi, yang berarti kaisar pertama Dinasti Qin. Ia adalah kaisar pertama yang tidak menggelari dirinya wang  (raja), melainkan huangdi (kaisar). Kaisar Qin Shihuangdi mampu menyatukan China dari keterpecahan-belahnya selama ratusan tahun menjadi suatu pemerintahan terpusat yang kuat. Guna memudahkan administrasi pemerintahan, ia membagi negerinya menjadi 36 provinsi, yang dihubungkan oleh jalan raya dengan panjang keseluruhan 7500 km, suatu prestasi yang melebihi bangsa Romawi.
      Qin Shihuangdi merupakan seorang tiram yang kejam. Salah satu kekejamannya adalah membakar buku-buku karya ahli filsafat zaman dahulu yang bertentangan dengan pokok-pokok pikiran legalis.  Ia juga membakar orang-orang terpelajar yang melarikan menyelamatkan apa yang tersisa.[11] Kaisar yang memerintah Dinasti Qin hanya tiga orang kaisar, kaisar kedua yaitu Er Shihuangdi dan yang terakhir adalah Zi Ying. Keduanya dilantik atas kelicikan Zhao Gao (seorang kasim yang belakangan mengendalikan kekuasaan Dinasti Qin). Di tempat pemakaman Qin Shihuangdi, terdapat delapan jenis patung yang berbeda-beda yang diberi warna terang, setiap patung tersebut memegang senjata asli agar terkesan lebih hidup serta dilengkapi dengan peta China beserta tiruan sungai-sungainya yang dialiri dengan air raksa. Keberadaan patung-patung tersebut untuk menemani kaisar di alam baqa.[12]
5.      Dinasti Han (206 SM – 221 M)
Setelah berhasil menaklukkan Dinasti Qin, Liu Bang mendirikan dinastinya dengan nama Han, dinasti Han terbagi menjadi dua, Han Barat dan Han Timur. Pada Dinasti Han Barat,  mereka mencoba untuk menemukan kembali tulisan-tulisan yang hilang dan menghidupkan kembali ajaran Konfusius melalui karya klasik yang tidak semuanya dimusnahkan oleh kaisar Qin Shihuangdi, serta masuknya agama Buddha di China berdasarkan karya-karya sejarah sekitar tahun 50 M.[13]
            Setelah Dinasti Han Barat ditaklukkan pada tahun 9 M oleh Wang Mang, kerabat ipar dan kaisar terakhir Dinasti Han Barat, Wang Mang digulingkan pada 25,  Dinasti Han berkuasa kembali, ibukota dipindahkan dari Chang’an ke Luoyang, dan Dinasti Barat ini dikenal dengan nama Dinasti Han Timur. Meskipun tidak mengalami masa keemasan, pada periode ini dihasilkan beberapa penemuan penting, termasuk kertas dan porselen serta seismograf yang dapat menghitung kekuatan gempa dan arah asalnya yang diciptakan oleh Zhang Heng (78 -139  M). Pada periode ini juga, Daoisme menjelma menjadi suatu agama pada masa Zhang Daoling.[14]
6.      Dinasti Sui (589 - 618 SM)
Yang Jian mendirikan Dinasti Sui dengan gelar Sui Wendi, setelah berhasil menyatukan kembali perpecahan bagian utara dan selatan. Dinasti ini mampu bertahan selama 29 tahun.  Meskipun berumur pendek,  dinasti ini mampu membangun kanal-kanal yang menjadi dasar kemakmuran China pada masa Dinasti Tang. Sebagaimana Dunia Yunani, Dunia China mengandalkan komunikasinya pada jalur air, dan kebutuhan ini dipenuhi dengan adanya sungai-sungai. Sungai-sungai perlu ditambah dengan kanal-kanal di sungai yang bisa dijangkau dan dipergunakan. Selain untuk mempermudah komunikasi, pembangunan kanal juga bermanfaat untuk memudahkan transportasi.[15]
7.      Dinasti Tang
Pendiri Dinasti Tang adalah Li Yuan (Gaozu), ia bersama putranya berjuang keras menegakkan kembali perdamaian serta ketertiban selama enam tahun dan membuahkan hasil yang luar biasa. Ia juga menjamin kelangsungan hidup keluarga Kaisar Sui. [16]
 Seiring dunia berputar banyak penemuan baru tercipta. Proses mencetak kertas menggunakan cetakan baru yang diperkenalkan dan produksi buku pun tumbuh dengan baik. Masa ini juga merupakan zaman berkembangnya literatur dan seni terutama keramik, porselen, dan pahatan sehingga zaman ini disebut zaman keemasan. Seiring tumbuhnya kekuatan dan kekayaan China, kebudayaan China menyebar ke Jepang, Korea dan Asia Tenggara.[17]
Pada masa kaisar Yong Hui, Islam masuk dari Arab ke Tiongkok  saat pemerintahan Ustman bin Affan di pertengahan abad ke -7. Pada sekitar abad ke -7 dan ke -8, hubungan antara Tiongkok dengan Arab sangat baik. Khalifah Ustman telah 37 kali mengirim utusannya ke Tiongkok selama 147 tahun (651 – 798). Pada masa Dinasti Yuan (1206 -1368) tidak sedikit para pejabat tinggi yang memeluk Islam, antara lain Saidina Syamsuddin (1211 – 1279) yang telah berjasa besar dalam memimpin pembangunan dan penyebaran Islam di Provinsi Yunnan dan daerah-daerah lainnya. Cheng Ho merupakan keturunan ke-6 dari Syamsuddin yang menyebarkan islam di Indonesia. [18]



F.      KEPERCAYAAN
Sebelum munculnya filsafat pada Dinasti Zhou, bangsa China menganut paham politheisme atau memuja banyak dewa. Mereka memuja yang mempunyai kekuatan alam, misalnya Feng Pa (dewa angin), Lei Shih (dewa angin topan), Tai San ( dewa yang menguasai bukit suci), dan Ho Po ( dewa penguasa Sungai Huang Ho), dewi manusia (Nuwa), dewa api (Suiren), dewa alam (Bangu) dan lain-lain .[19] Pemujaan itu tidak lagi dianut pada dinasti berikutnya dan lebih menekankan pemujaan terhadap langit dan bumi, pemujaan terhadap keduanya melambangkan penyatuan langit dan bumi. Hanya Kaisar saja yang boleh melakukan pemujaan semacam ini, saat melakukan ritual ini, Kaisar memohon agar langit dan bumi bermurah hati pada umat manusia dengan melimpahkan panenan yang baik serta keselamatan negara.
Pada masa Dinasti Tang, Islam masuk di China. Kaum muslimin tidak menyembah dewa-dewa akan tetapi menyembah satu tuhan yaitu Allah SWT. Pandangan kaum muslimin tidak menyembah dewa karena adanya perintah di dalam al-Qur’an, yang artinya: katakanlah (Muhammad),” serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah! Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai peran serta dalam (penciptaan) langit dan bumi dan tidak ada diantara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya”(Q.S. Saba’:22).[20]

G.     FILSAFAT
Dinasti Zhou merupakan dinasti yang terlama memerintah di China, yakni sekitar 800 tahun dan terkenal karena pencapaiannya dalam bidang filsafat. Pada masa dinasti ini lahirlah para filsof terkemuka, seperti: Laozi, Kong Zi dan Meng Zi.
1)   Laozi
Dalam pengetahuan umum Daoisme sering dihubungkan dengan nama Laozi, seolah-olah Laozi adalah perintisnya. Nama Laozi sebenarnya adalah sebutan kehormatan yang berarti “guru yang sepuh”. Di dalam kitabnya yang bernama Daode Jing, menceritakan bahwa jalan adalah alur alam, selalu mengubah dan hadir dalam segala hal. seorang penguasa penganut  Dao akan mengizinkan kejadian-kejadian berjalan sendiri, membiarkan masyarakat dan tak berusaha mengatur mereka. Secara fundamental Daoisme dan konfusianisme, saling bertentangan dalam banyak hal terutama mengenai peradaban dan pemerintahan.[21]
2)   Kong Fuzi (Kong Zi)
Kong Zi dikenal di Barat dengan sebutan Confucius dan di-indonesia-kan Konfusius atau Konghuchu). Filsafat Konfusius didasarkan pada pendidikan moral masing-masing individu. Ia selalu mendorong seseorang untuk berbuat baik. Dalam Lunyu, Konfusius menekankan “ren” yang artinya kebajikan. Arti kata “ren” sendiri adalah “kasihilah sesamamu, jangan lakukan perbuatan terhadap orang lain apabila engkau tidak suka diperlakukan demikian”. Dan juga mengandung pengertian berupa keinginan untuk mengembangkan diri maupun sesama kita.
Sehubungan dengan bidang pemerintahan adalah pemerintahan harus ditujukan untuk menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi seluruh rakyat. Hal ini hanya dimungkinankan bila pemerintahan dikelola oleh orang-orang yang cakap dan tidak ada sangkut- pautnya dengan kekayaan atau keturunan. Kecakapan memerintah itu dapat diperoleh melalui pendidikan yang tepat. Oleh karena itu, Konfusius menekankan pentingnya menyebar luaskan pendidikan, sehingga orang berbakat dari kalangan rakyat dapat dipersiapkan untuk menduduki pemerintahan sehingga mendorong kesejahteraan dan kemakmuran.[22]
3)    Mengzi (Mensius)
Mengzi memiliki keyakinan bahwa manusia pada dasarnya baik, sehingga tujuan pembinaan atau pendidikan yang diberikan pada mereka adalah mengembalikan sifat asalinya itu. Kebaikan asalinya ini dapat berkembang baik atau justru terhambat perkembangannya. Namun pada dasarnya, kebaikan ini telah ada dalam diri kita semenjak lahir. Mengzi menganjurkan agar antara bapak dan anak itu harus ada kasih sayang, antara pengusaha dan menteri harus ada kebajikan, antara suami dan istri harus ada perhatian, untuk fungsi masing-masing, antara yang tua dan yang muda harus ada ketertiban hubungan yang benar, dan antar teman harus ada kesetiaan.[23]

H.    AKSARA
Masyarakat Cina mulai mengenal tulisan sekitar tahun 5.000 SM, yaitu tulisan gambar pada keramik-keramik yang ditemukan di Banpo dan Jiangzhai. Tulisan itu pada umumnya digoreskan pada bagian tepi bejana baik sebelum maupun sesudah proses pembakaran. Para ahli yang melakukan penelitian terhadap keramik Banpo berhasil  mengklasifikasikan 22 tanda yang berasal dari 112 keramik yang berbeda-beda. Makna lambang-lambang yang yang menyerupai tulisan tersebut masih belum dapat dipastikan , tetapi berdasarkan keteraturan serta strukturnya yang sederhana dan jelas, ada dugaan kuat bahwa tanda-tanda semacam itu dipergunakan untuk menyatakan suatu gagasan atau catatan bagi peristiwa yang telah terjadi. Tulisan-tulisan tersebut merupakan hasil peninggalan Dinasti Shang dan Dinasti Zhou.



I.       KEBUDAYAAN
Sekitar milenium ke-6 hingga ke-5 SM, atau tepatnya semasa Zaman Batu Baru, terjadilah perubahan besar pada kehidupan masyarakat China purbakala. Sejumlah besar orang tinggal menetap pada sebuah tempat dan mulai bercocok tanam serta beternak hewan. Pada kurun waktu ini, orang membuat perkakas batu yang telah dipoles halus dan mendirikan kemah serta gubuk beratapkan gelagah untuk berdiam. Desa-desa kediaman semacam ini banyak ditemukan pada tepian sungai Huang He didataran China Utara.[24] Bekas-bekas kebudayaan Yangshao dapat ditemukan di tepian sungai ini. Penghuni desa itu sudah menguasai teknik pembuatan keramik yang dipergunakan untuk menyimpan makanan dan minuman. Pada peninggalan keramik mereka, orang Banpo telah mengguratkan simbol-simbol tertentu yang tampaknya merupakan aksara-aksara pertama yang mereka gunakan sebagai tulisan.
Juga telah ditemukan bekas-bekas sebuah desa dari kebudayaan Longshan yaitu mereka sudah menguasai teknik pengerjaan batu giok yang terkenal saat itu dan keramik-keramik yang berwarna hitam dihiasi dengan lingkaran baik berupa ukiran timbul maupun cekungan.[25] Dari banyaknya karya-karya yang mereka ciptakan, ada karya-karya tertentu yang sangat terkenal hingga saat ini, yaitu:
 1. Tembok Raksasa China
Pencapaian konstruksi terbesar di China adalah tembok sepanjang 2.500 km yang di bangun dari ujung ke ujung di perbatasan utara. potongan tertua yang masih ada dipercaya berasal dari abad ke-7 SM. Selama beberapa abad berikutnya, wilayah-wilayah yang saling berperang membangun sendiri tembok-tembok terpisah pertahanan, sering kali menggabungkan tembok-tembok terpisah yang tersisa dari masa-masa sebelumnya. Pada masa kaisar Qin Shihhuangdi, menyatukan China pada tahun 221 SM, ia memerintahkan agar tembok-tembok wilayah-wilayah yang dikuasainya di sepanjang perbatasan utara disambungkan dan diperkuat, dengan tujuan menciptakan penghalang tak terputus di sepanjang garis depan utara. Tembok  ini dibangun untuk membendung serangan suku nomaden yang berasal adari Utara (Bangsa Mongol), selain dipandang sebagai benteng pertahanan, tembok ini juga berguna sebagai objek pariwisata dan menyumbang devisa yang besar bagi pemerintah.[26]
3.      Kuil kahyangan
Kuil Kahyangan adalah kompleks bangunan yang dikelilingi oleh dinding berbentuk ladam sepanjang hampir 6,5 km. Disini Kaisar melaksanakan dua upacara paling keramat dari kekaisaran China, yaitu: saat titik balik musim dingin, dan yang kedua saat kemunculan bulan pertama di tahun baru. Tiga aula upacara utama menunjukkan dua bentuk ideal China yaitu lingkaran, yang melambangkan Kahyangan dan kotak yang melambangkan Bumi.[27]
4.      Istana
Istana E Pang yang dibangun dengan pengerahan 700.000 pekerja paksa dan tawanan. Bangunan indah ini dapat memuat 10.000 orang dalam ruang tengahnya saja. Tetapi , istana ini hanya salah satu diantara sekian banyak  istana yang didirikan oleh Kaisar Pertama yang kemudian dihubungkan dengan istananya sendiri.[28]



                [1]  Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial Budaya Dasar, cet.VIII, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 64.
                [2]  Rika Moniarni, Sejarah Peradaban Kuno, (Bandung: Mitra Sarana, 2009), hlm. 23.
                [3]  Gavin Menzies, Saat China menemukan Dunia, cet. IV, (Tangerang: Pustaka al-Vabet, 2010), hlm. 16.
[4] Rika Moniarni, Sejarah…,  hlm. 23.
[5]  Budiono Kusumo Hamidjojo,  Sejarah filsafat Tiongkok, cet. I,  (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hlm. 24.
[6]  Ivan Taniputera, History of China, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, cet. III, 2013), hlm. 27.
[7]  Ibid., hlm. 26.
[8] Anchee Min, China: Sebuah Potret Bangsa, Alam , dan Budaya, (London: Penerbit Erlangga, 2007), hlm. 56.
[9]  Ivan Taniputera, History of …, hlm. 92
[10] John Farndon, Sejarah Dunia Untuk Anak Pintar, terj. Retno Wulandari, cet. VIII (Jogjakarta: Platinum, 2009), hlm. 97.
[11] G. W. F. Hegel, Filsafat Sejarah, terj. Cuk Ananta Wijaya, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 164.
[12] Simon Adam, Sejarah Dunia dari Mesir Kuno hingga Tsunami Asia,(Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 74.
[13]  John Farndon, Sejarah Dunia untuk anak pintar, cet. VII, ( Jogjakarta: Platinum, 2009), hlm. 131.
[14]  Simon Adam, Sejarah Dunia …, hlm. 74.
[15] Arnold Toynbee, Sejarah Umat Manusia, cet. III, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 332.
[16]  Ivan Taniputera, History of.., hlm. 327.
[17]  Simon Adam, Sejarah Dunia…., hlm. 103.
[18]  Kong Yuan Zhi, Cheng Ho muslim Tionghoa: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, cet. IV, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), hlm.  277.
[19] Rika Moniarni, Sejarah Peradaban …, hlm. 26.
[20] Al-Qur’an dan terjemahannya, Mushaf al-Hilali, Cet. IV, (Jakarta: al-Fatih, 2013), hlm. 430.
[21]  Anchee Min, China …, hlm. 244.
[22]  Ivan Taniputera, History of …, hlm. 106.
[23] Budiono Kusumo Hamidjojo, Sejarah filsafat ,  hlm. 103.
[24]  Ivan Taniputera, History of, hlm. 32
[25] Budiono Kusumo Hamidjojo, Sejarah filsafat .., hlm. 24.
[26] G. W. F. Hegel, Filsafat, hlm. 164.

[27] Anchee Min, China....,hlm. 67.
[28]  Ivan Taniputera, History of China, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, cet. III, 2013), hlm. 160.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar