BAB II
PEMBAHASAN
A.
PERADABAN LEMBAH SUNGAI KUNING
Sebelum
menjelajah Peradaban Lembah Sungai Kuning, terlebih dahulu kita pahami
pengertian Peradaban. Peradaban merupakan suatu kebudayaan yang mempunyai
teknologi, sistem ilmu pengatahuan, seni rupa dan sistem kenegaraan serta
masyarakat kota yang maju dan komplek.[1] Sebagaimana
pengertian peradaban disini, maka Lembah Sungai Kuning patut disebut sebagai
Peradaban Lembah Sungai Kuning, karena masyarakat yang menduduki di sekitar
Sungai Kuning mampu menciptakan ribuan karya-karya merka yang bersifat
kompleks.
Peradaban
Lembah Sungai Kuning (Huang Ho) merupakan salah satu pelopor peradaban yang
terkenal di Dunia dan juga merupakan peradaban tertua bangsa China yang muncul
atau lahir di Lembah Sungai Kuning. Sungai Huang Ho disebut Sungai Kuning
karena endapan lumpur di dasar Sungai ini, menurut para ahli berasal dari Tanah
Loess, Gurun Gobi di sebelah Barat yang diterbangkan angin ke Sungai Huang Ho.[2] Di
Lembah Sungai subur inilah kebudayaan bangsa China berawal. Sungai yang
panjangnya 5.464 km dan luasnya mencapai 300.000 km2 merupakan sungai terpanjang di Tiongkok dan
sungai terpanjang di China setelah Sungsi Yang Tse.
Selain
Sungai Kuning yang dikenal dengan kesuburan yang banyak membawa manfaat, Sungai
ini juga dikenal sebagai malapetaka yang membuat kesulitan masyarakat. Di
antaranya: semasa pemerintahan Wang Mang (Dinasti Xin 9 – 23 M), dua kali
terjadi banjir, yang disebabkan oleh aliran sungai besar tersebut. Rakyat
menjadi makin menderita, pemberontakan meletus dimana-mana, sehingga Wang Mang
dibunuh oleh prajurit yang memberontak. Dan juga terjadi pada tahun 1352,
banjir bandang telah meluluhlantakkan China, Sungai Kuning meluap, menggenangi
sebagian besar lahan pertanian, membanjiri perkampungan dan meninggalakn wabah
penyakit serta bencana kelaparan.[3]
B. LETAK
GEOGRAFIS
Wilayah
pegunungan China terbagi menjadi dua yaitu Pegunungan China utara dan
Pegunungan China Selatan. Di pegunungan tinggi sebelah utara mengalir Sungai Huang He yang berhulu
di pegunungan Kun –Lu di Tibet. Setelah
melalui daerah pegunungan China utara membentuk daratan rendah China dan
bermuara di teluk Tsii-Li di Laut Kuning.[4] Dan
di pegunungan China sebelah selatan mengalir Sungai Yang Tse yang berhulu di pegunungan
Kun Lu dan bermuara di
Laut China Timur. Negeri China terletak di Asia bagian Timur di sebelah Barat
dan Utara berbatasan dengan daerah Siberia dan Mongolia (Gurun Gobi).
C.
PENDUDUK
Manusia
telah menghuni daratan China yang diyakini sebagai salah satu pusat peradaban
tertua umat manusia semenjak zaman purbakala. Penemuan fosil manusia purba berupa tengkorak yang ditemukan pada
tahun 1963 merupakan bukti nyata akan hal ini. Tengkorak yang diperkirakan
berasal dari tahun 400.000 SM itu ditemukan di Provinsi Shanxi. Empat puluh
tahun sebelumnya, atau tepatnya pada tahun 1923 di Zhoukoudian kira-kira 30 mil
dari Beijing, telah ditemukan pula fosil sinanthropus
pekinensis yaitu manusia Peking. Manusia purba jenis ini dekat
kekerabatannya dengan pithecanthropus
yang hidup di pulau Jawa selama zaman batu baru (Neolithikum) sekitar 50.000 –
35.000 SM, yang setara dengan manusia Cro Magnon di Eropa. Mereka adalah
leluhur manusia modern pertama yang hidup di China.[5]
D.
SISTEM PERTANIAN
Masyarakat
petani China kuno telah mengembangkan teknik pertanian yang sangat maju.
Pertanian ladang kering dapat ditelusuri hingga zaman batu baru ( Neolitik) dan
tanaman yang dikembangbiakkan adalah gandum dan jewawut. Namun pada zaman modern, mereka mulai mengurusi
berbagai tanaman seperti jagung, kentang, padi-padian, kurma, bunga matahari
dan apel. Daerah China utara yang kering sesuai bagi pertanian yang ini, dimana
tersedia air yang cukup untuk mendukung panen yang teratur. Meskipun di kawasan
ini pertanian memegang peranan terpenting, tetapi peternakan juga memiliki
peranan yang tidak kecil,
hewan-hewan yang diternakkan semenjak milenium pertama dan kedua SM adalah
sapi, domba, dan kuda.
Budaya
pertanian yang menetap ini mendorong lahirnya beberapa hal seperti penanggalan
dan sistem keagamaan yang berhubungan dengan pertanian. Penanggalan
dipergunakan untuk mengenali siklus periodik musim, sehingga dapat mengetahui
kapan saat yang tepat untuk bercocok tanam dan lain sebagainya. Sementara itu
dewa-dewa yang dipuja kebanyakan berhubungan dengan pertanian, seperti dewa
gandum yang dipuja oleh masyarakat China kuno pada zaman Dinasti Xia dan Shang.[6]
Pertanian
sawah berkembang lebih kemudian, yakni pada sepuluh abad pertama sesudah
masehi. Jenis pertanian ini lebih cocok pada daerah sub-tropis yang memiliki
banyak air untuk mendukung penanaman padi. Semenjak dahulu hingga saat ini
China masih berupaya memajukan teknologi pertanian seperti pengembangan padi
bibit unggul.[7]
E.
SISTEM PEMERINTAHAN
Dalam perjalanan sejarahnya, ada dua macam system
pemerintahan yang pernah dianut dalam kehidupan kenegaraan China kuno, yaitu:
a. Sistem feodal
Sistem Feodal merupakan sistem sosial politik yang
memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan mengenai cara pemilikan
tanah pada abad pertengahan di Eropa. Dalam masa pemerintahan ini, kaisar tidak
menangani langsung urusan kenegaraan. Kondisi ini berlatar belakang bahwa
kedudukan Kaisar bersifat sakral. Kaisar dihormati sebagai utusan atau bahkan
anak dewa langit, sehingga tidak layak mengurusi politik praktis.
b.
Sistem unitaris
Secara bahasa uni yaitu satu dan unitaris adalah
orang-orang yang menginginkan satu kesatuan. Menurut istilah unitaris adalah
Negara yang kekuasaannya yang mengatur seluruh daerahnya ada di tangan
pemerintah pusat. Pemerintah pusat memegang kedaulatan sepenuhnya,baik ke dalam
maupun keluar maupun ke luar .
Unitaris dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
·
Sistem
sentralisasi:semua hal diatur yang di urus oleh pemerintah pusat.
·
Sistem dentralisasi:
Dalam negara kesatuan dengan sistam dentralisali,daerah daerah memperoleh keleluasaan
yang mengurus urusannya sendiri sesuai dengan kondisi yang kebutuhan daerah
tersebut.
Dinasti
yang paling awal memerintah adalah :
1.
Dinasti Xia (2205 –
1766 SM)
Pendiri
Dinasti Xia adalah Qi. Dinasti ini diperintah oleh tujuh belas orang raja.
Keberadaan Dinasti Xia ini masih diragukan, dan sering dianggap sebagai bagian
dari zaman legenda, namun peninggalan kebudayaan Longshan dan Erlitou yang
baru-baru ini ditemukan bangunan seperti istana dan kuburan di Henan, menyediakan sumber yang melimpah bagi
penelitian mengenai Dinati Xia yang misterius ini. Silsilah para penguasa Xia
terpelihara di catatan sejarah dan kemudian dikuatkan dengan bukti dari
tulisan-tulisan di tulang ramalan.[8]
2.
Dinasti Shang ( 1766 –
1122 SM)
Dengan
berdirinya Dinasti Shang, masuklah China ke zaman sejarah, karena inilah
dinasti petama yang meninggalkan bukti tertulis kuat akan eksistensinya. Pada
mulanya, Shang adalah nama suku yang mendiami salah satu bagian Sungai Huang He
dan merupakan bawahan Dinasti Xia. Pendiri Dinasti Shang adalah Tang (Cheng Tang).
Ada 30 kaisar yang memerintah Dinasti Shang. Dan telah menjadi ketetapan bahwa
yang menggantikan kaisar adalah saudaranya yang laki-laki. Bila kaisar tidak
mempunyai saudara, barulah tahta itu dialihkan kepada putranya.
Sistem
pemerintahan pada Dinasti Shang yaitu sistem aristokratis, dimana seorang
kaisar memerintah atas sejumlah kaum bangsawan yang bertanggung jawab
menyediakan bantuan militer jika negara berada dalam bahaya.
3. Dinasti
Zhou (1122 – 256 SM)
Secara
tradisional, Dinasti Zhou dibagi menjadi empat periode: Zhou Barat, berkuasa hingga tahun 711 SM, Dinasti Zhou Timur
yang memindahkan ibukotanya ke sebelah timur terbagi menjadi dua yakni Zaman Musim
Semi Rontok ( cunqiu) yang berlangsung antara tahun 770 – 476 SM serta masa
Perang Antar Negeri (zhanguo) yang berlangsung antara tahun 475 – 221 SM. Secara
administratif, para penguasa Zhou membagi wilayahnya menjadi negara-negara
feodal, yang belakangan menjadi semakin kuat dan bahkan sanggup melebihi serta
menandingi kekuasaan kaisar sendiri. Masing-masing negara bagian itu lantas
saling berperang dan berupaya untuk menjadi yang terkuat atau pemegang hegemoni,
hingga akhirnya melemahkan pemerintah pusat itu sendiri.[9]
Pada masa Zhou, bangsa China mulai
menggunakan besi, baik untuk bajak ataupun senjata yang dikenal pada abad ke-5
SM, serta membuat berbagai kemajuan teknologi seperti teknik pengecoran perunggu
semakin berkembang. Bejana perunggu yang dilapisi emas dan perak menjadi
sesuatu yang populer di tengah masyarakat, perunggu yang selalu dipakai adalah
cermin, tempat lilin, atau penyangga genderang.[10]
4. Dinasti
Qin ( 221 – 206 SM)
Ying
Zheng mendirikan dinasti baru sebagai sebagai pengganti Dinasti Zhou serta
menggelari dirinya sebagai Qin Shihuangdi, yang berarti kaisar pertama Dinasti
Qin. Ia adalah kaisar pertama yang tidak menggelari dirinya wang
(raja), melainkan
huangdi (kaisar). Kaisar Qin Shihuangdi
mampu menyatukan China dari keterpecahan-belahnya selama ratusan tahun menjadi
suatu pemerintahan terpusat yang kuat. Guna memudahkan administrasi pemerintahan, ia membagi negerinya
menjadi 36 provinsi, yang dihubungkan oleh jalan raya dengan panjang
keseluruhan 7500 km, suatu prestasi yang melebihi bangsa Romawi.
Qin
Shihuangdi merupakan seorang tiram yang kejam. Salah satu kekejamannya adalah
membakar buku-buku karya ahli filsafat zaman dahulu yang bertentangan dengan
pokok-pokok pikiran legalis. Ia juga
membakar orang-orang terpelajar yang melarikan menyelamatkan apa yang tersisa.[11]
Kaisar yang memerintah Dinasti Qin hanya tiga orang kaisar, kaisar kedua yaitu
Er Shihuangdi dan yang terakhir adalah Zi Ying.
Keduanya dilantik atas
kelicikan Zhao Gao (seorang kasim yang belakangan mengendalikan kekuasaan
Dinasti Qin).
Di tempat pemakaman Qin Shihuangdi, terdapat delapan jenis patung yang
berbeda-beda yang diberi warna terang, setiap patung tersebut memegang senjata
asli agar terkesan lebih hidup serta dilengkapi dengan peta China beserta
tiruan sungai-sungainya yang dialiri dengan air raksa. Keberadaan patung-patung
tersebut untuk menemani kaisar di alam baqa.[12]
5. Dinasti
Han (206 SM – 221 M)
Setelah
berhasil menaklukkan Dinasti Qin, Liu Bang mendirikan dinastinya dengan nama
Han, dinasti Han terbagi menjadi dua, Han Barat dan Han Timur. Pada Dinasti Han
Barat, mereka mencoba untuk menemukan
kembali tulisan-tulisan yang hilang dan menghidupkan kembali ajaran Konfusius
melalui karya klasik yang tidak semuanya dimusnahkan oleh kaisar Qin Shihuangdi,
serta masuknya agama Buddha di China berdasarkan karya-karya sejarah sekitar
tahun 50 M.[13]
Setelah Dinasti Han Barat
ditaklukkan pada tahun 9 M oleh Wang Mang, kerabat ipar dan kaisar terakhir
Dinasti Han Barat, Wang Mang digulingkan pada 25, Dinasti Han berkuasa kembali, ibukota
dipindahkan dari Chang’an ke Luoyang, dan Dinasti Barat ini dikenal dengan nama
Dinasti Han Timur. Meskipun tidak mengalami masa keemasan, pada periode ini
dihasilkan beberapa penemuan penting, termasuk kertas dan porselen serta
seismograf yang dapat menghitung kekuatan gempa dan arah asalnya yang
diciptakan oleh Zhang Heng (78 -139 M). Pada periode ini
juga, Daoisme menjelma menjadi suatu agama pada masa Zhang Daoling.[14]
6. Dinasti
Sui (589 - 618 SM)
Yang
Jian mendirikan Dinasti Sui dengan gelar Sui Wendi, setelah berhasil menyatukan
kembali perpecahan bagian utara dan selatan. Dinasti ini mampu bertahan selama
29 tahun. Meskipun berumur pendek, dinasti ini mampu membangun kanal-kanal yang
menjadi dasar kemakmuran China pada masa Dinasti Tang. Sebagaimana Dunia
Yunani, Dunia China mengandalkan komunikasinya pada jalur air, dan kebutuhan
ini dipenuhi dengan adanya sungai-sungai. Sungai-sungai perlu ditambah dengan
kanal-kanal di sungai yang bisa dijangkau dan dipergunakan. Selain untuk
mempermudah komunikasi, pembangunan kanal juga bermanfaat untuk memudahkan
transportasi.[15]
7. Dinasti
Tang
Pendiri
Dinasti Tang adalah Li Yuan (Gaozu), ia bersama putranya berjuang keras
menegakkan kembali perdamaian serta ketertiban selama enam tahun dan membuahkan
hasil yang luar biasa. Ia juga menjamin kelangsungan hidup keluarga Kaisar Sui.
[16]
Seiring dunia berputar banyak penemuan baru
tercipta. Proses mencetak kertas menggunakan cetakan baru yang diperkenalkan dan
produksi buku pun tumbuh dengan baik.
Masa ini juga merupakan
zaman berkembangnya literatur dan seni terutama keramik, porselen, dan pahatan
sehingga zaman ini disebut zaman keemasan. Seiring tumbuhnya kekuatan dan
kekayaan China, kebudayaan China menyebar ke Jepang, Korea dan Asia Tenggara.[17]
Pada masa kaisar Yong Hui, Islam
masuk dari Arab ke Tiongkok saat pemerintahan
Ustman bin Affan di pertengahan abad ke -7. Pada sekitar abad ke -7 dan ke -8,
hubungan antara Tiongkok dengan Arab sangat baik. Khalifah Ustman telah 37 kali
mengirim utusannya ke Tiongkok selama 147 tahun (651 – 798). Pada masa Dinasti
Yuan (1206 -1368) tidak sedikit para pejabat tinggi yang memeluk Islam, antara
lain Saidina Syamsuddin (1211 – 1279) yang telah berjasa besar dalam memimpin
pembangunan dan penyebaran Islam di Provinsi Yunnan dan daerah-daerah lainnya.
Cheng Ho merupakan keturunan ke-6 dari Syamsuddin yang menyebarkan islam di
Indonesia. [18]
F.
KEPERCAYAAN
Sebelum
munculnya filsafat pada Dinasti Zhou, bangsa China menganut paham politheisme
atau memuja banyak dewa. Mereka memuja yang mempunyai kekuatan alam, misalnya
Feng Pa (dewa angin), Lei Shih (dewa angin topan), Tai San ( dewa yang
menguasai bukit suci), dan Ho Po ( dewa penguasa Sungai Huang Ho), dewi manusia
(Nuwa), dewa api (Suiren), dewa alam (Bangu) dan lain-lain .[19] Pemujaan
itu tidak lagi dianut pada dinasti berikutnya dan lebih menekankan pemujaan
terhadap langit dan bumi, pemujaan terhadap keduanya melambangkan penyatuan
langit dan bumi. Hanya Kaisar saja yang boleh melakukan pemujaan semacam ini,
saat melakukan ritual ini, Kaisar memohon agar langit dan bumi bermurah hati
pada umat manusia dengan melimpahkan panenan yang baik serta keselamatan
negara.
Pada
masa Dinasti Tang, Islam
masuk di China. Kaum muslimin tidak menyembah dewa-dewa akan tetapi menyembah
satu tuhan yaitu Allah SWT. Pandangan kaum muslimin tidak menyembah dewa karena
adanya perintah di dalam al-Qur’an, yang artinya: katakanlah (Muhammad),”
serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah! Mereka tidak
memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka sama
sekali tidak mempunyai peran serta dalam (penciptaan) langit dan bumi dan tidak
ada diantara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya”(Q.S. Saba’:22).[20]
G.
FILSAFAT
Dinasti
Zhou merupakan dinasti yang terlama memerintah di China, yakni sekitar 800
tahun dan terkenal karena pencapaiannya dalam bidang filsafat. Pada masa
dinasti ini lahirlah para filsof terkemuka, seperti: Laozi, Kong Zi dan Meng
Zi.
1) Laozi
Dalam
pengetahuan umum Daoisme sering dihubungkan dengan nama Laozi, seolah-olah Laozi
adalah perintisnya. Nama Laozi sebenarnya adalah sebutan kehormatan yang
berarti “guru yang sepuh”. Di dalam kitabnya yang bernama Daode Jing,
menceritakan bahwa jalan adalah alur alam, selalu mengubah dan hadir dalam
segala hal. seorang penguasa penganut Dao
akan mengizinkan kejadian-kejadian berjalan sendiri, membiarkan masyarakat dan
tak berusaha mengatur mereka. Secara fundamental Daoisme dan konfusianisme,
saling bertentangan dalam banyak hal terutama mengenai peradaban dan
pemerintahan.[21]
2) Kong
Fuzi (Kong Zi)
Kong
Zi dikenal di Barat dengan sebutan Confucius dan di-indonesia-kan Konfusius
atau Konghuchu). Filsafat Konfusius didasarkan pada pendidikan moral
masing-masing individu. Ia selalu mendorong seseorang untuk berbuat baik. Dalam
Lunyu, Konfusius menekankan “ren” yang artinya kebajikan. Arti kata “ren”
sendiri adalah “kasihilah sesamamu, jangan lakukan perbuatan terhadap orang
lain apabila engkau tidak suka diperlakukan demikian”. Dan juga mengandung
pengertian berupa keinginan untuk mengembangkan diri maupun sesama kita.
Sehubungan
dengan bidang pemerintahan adalah pemerintahan harus ditujukan untuk
menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi seluruh rakyat. Hal ini hanya
dimungkinankan bila pemerintahan dikelola oleh orang-orang yang cakap dan tidak
ada sangkut- pautnya dengan kekayaan atau keturunan. Kecakapan memerintah itu
dapat diperoleh melalui pendidikan yang tepat. Oleh karena itu, Konfusius
menekankan pentingnya menyebar luaskan pendidikan, sehingga orang berbakat dari
kalangan rakyat dapat dipersiapkan untuk menduduki pemerintahan sehingga
mendorong kesejahteraan dan kemakmuran.[22]
3) Mengzi (Mensius)
Mengzi
memiliki keyakinan bahwa manusia pada dasarnya baik, sehingga tujuan pembinaan
atau pendidikan yang diberikan pada mereka adalah mengembalikan sifat asalinya
itu. Kebaikan asalinya ini dapat berkembang baik atau justru terhambat perkembangannya.
Namun pada dasarnya, kebaikan ini telah ada dalam diri kita semenjak lahir.
Mengzi menganjurkan agar antara bapak dan anak itu harus ada kasih sayang,
antara pengusaha dan menteri harus ada kebajikan, antara suami dan istri harus
ada perhatian, untuk fungsi masing-masing, antara yang tua dan yang muda harus
ada ketertiban hubungan yang benar, dan antar teman harus ada kesetiaan.[23]
H.
AKSARA
Masyarakat
Cina mulai mengenal tulisan sekitar tahun 5.000 SM, yaitu tulisan gambar pada
keramik-keramik yang ditemukan di Banpo dan Jiangzhai. Tulisan itu pada umumnya
digoreskan pada bagian tepi bejana baik sebelum maupun sesudah proses
pembakaran. Para ahli yang melakukan penelitian terhadap keramik Banpo
berhasil mengklasifikasikan 22 tanda
yang berasal dari 112 keramik yang berbeda-beda. Makna lambang-lambang yang
yang menyerupai tulisan tersebut masih belum dapat dipastikan , tetapi
berdasarkan keteraturan serta strukturnya yang sederhana dan jelas, ada dugaan
kuat bahwa tanda-tanda semacam itu dipergunakan untuk menyatakan suatu gagasan
atau catatan bagi peristiwa yang telah terjadi. Tulisan-tulisan tersebut
merupakan hasil peninggalan Dinasti Shang dan Dinasti Zhou.
I.
KEBUDAYAAN
Sekitar
milenium ke-6 hingga ke-5 SM, atau tepatnya semasa Zaman Batu Baru, terjadilah
perubahan besar pada kehidupan masyarakat China purbakala. Sejumlah besar orang
tinggal menetap pada sebuah tempat dan mulai bercocok tanam serta beternak
hewan. Pada kurun waktu ini, orang membuat perkakas batu yang telah dipoles
halus dan mendirikan kemah serta gubuk beratapkan gelagah untuk berdiam.
Desa-desa kediaman semacam ini banyak ditemukan pada tepian sungai Huang He
didataran China Utara.[24] Bekas-bekas
kebudayaan Yangshao dapat ditemukan di tepian sungai ini. Penghuni desa itu
sudah menguasai teknik pembuatan keramik yang dipergunakan untuk menyimpan
makanan dan minuman. Pada peninggalan keramik mereka, orang Banpo telah
mengguratkan simbol-simbol tertentu yang tampaknya merupakan aksara-aksara
pertama yang mereka gunakan sebagai tulisan.
Juga
telah ditemukan bekas-bekas sebuah desa dari kebudayaan Longshan yaitu mereka
sudah menguasai teknik pengerjaan batu giok yang terkenal saat itu dan
keramik-keramik yang berwarna hitam dihiasi dengan lingkaran baik berupa ukiran
timbul maupun cekungan.[25]
Dari banyaknya karya-karya yang mereka ciptakan, ada karya-karya tertentu yang
sangat terkenal hingga saat ini, yaitu:
1. Tembok Raksasa China
Pencapaian
konstruksi terbesar di China adalah tembok sepanjang 2.500 km yang di bangun
dari ujung ke ujung di perbatasan utara. potongan tertua yang masih ada
dipercaya berasal dari abad ke-7 SM. Selama beberapa abad berikutnya,
wilayah-wilayah yang saling berperang membangun sendiri tembok-tembok terpisah
pertahanan, sering kali menggabungkan tembok-tembok terpisah yang tersisa dari
masa-masa sebelumnya. Pada masa kaisar Qin Shihhuangdi, menyatukan China pada
tahun 221 SM, ia memerintahkan agar tembok-tembok wilayah-wilayah yang
dikuasainya di sepanjang perbatasan utara disambungkan dan diperkuat, dengan tujuan
menciptakan penghalang tak terputus di sepanjang garis depan utara. Tembok ini dibangun untuk membendung serangan suku
nomaden yang berasal adari Utara (Bangsa Mongol), selain dipandang sebagai
benteng pertahanan, tembok ini juga berguna sebagai objek pariwisata dan
menyumbang devisa yang besar bagi pemerintah.[26]
3.
Kuil kahyangan
Kuil
Kahyangan adalah kompleks bangunan yang dikelilingi oleh dinding berbentuk
ladam sepanjang hampir 6,5 km. Disini Kaisar melaksanakan dua upacara paling
keramat dari kekaisaran China, yaitu: saat titik balik musim dingin, dan yang
kedua saat kemunculan bulan pertama di tahun baru. Tiga aula upacara utama
menunjukkan dua bentuk ideal China yaitu lingkaran, yang melambangkan Kahyangan
dan kotak yang melambangkan Bumi.[27]
4.
Istana
Istana
E Pang yang dibangun dengan pengerahan 700.000 pekerja paksa dan tawanan.
Bangunan indah ini dapat memuat 10.000 orang dalam ruang tengahnya saja. Tetapi
, istana ini hanya salah satu diantara sekian banyak istana yang didirikan oleh Kaisar Pertama
yang kemudian dihubungkan dengan istananya sendiri.[28]
[5] Budiono Kusumo Hamidjojo, Sejarah
filsafat Tiongkok, cet. I, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hlm. 24.
[6] Ivan Taniputera, History of China, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, cet. III, 2013),
hlm. 27.
[8] Anchee Min, China: Sebuah Potret Bangsa, Alam , dan
Budaya, (London: Penerbit Erlangga, 2007), hlm. 56.
[10] John Farndon, Sejarah Dunia Untuk Anak Pintar, terj.
Retno Wulandari, cet. VIII (Jogjakarta: Platinum, 2009), hlm. 97.
[11] G. W. F. Hegel, Filsafat Sejarah, terj. Cuk Ananta
Wijaya, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 164.
[12] Simon Adam, Sejarah Dunia dari Mesir Kuno hingga
Tsunami Asia,(Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 74.
[13] John Farndon, Sejarah Dunia untuk anak pintar, cet. VII, ( Jogjakarta: Platinum, 2009), hlm. 131.
[15] Arnold Toynbee, Sejarah Umat Manusia, cet. III,
( Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006),
hlm. 332.
[18] Kong Yuan Zhi, Cheng Ho muslim Tionghoa: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, cet. IV, (Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2011), hlm. 277.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar